BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Al-Qur’an adalah kitab
suci umat islam yang diturunkan oleh Allah untuk dijadikan sebagai pelita hidup
umat manusia. Kitab suci ini tidak berbeda dengan kitab-kitab suci Allah yang
diturunkan sebelumnya seperti lembaran-lembaran yang diturunkan kepada nabi
Ibrahim, kitab Taurat yang diturunkan kepada nabi Musa, kitab Zabur yang
diturunkan kepada nabi Dawud, kitab Injil yang diturunkan kepada nabi Isa A.S.
Kitab-kitab tersebut pada dasarnya adalah sama yaitu mengajak manusia untuk
menyembah, mengabdi kepada Allah sebagai Zat yang menciptakan alam semesta,
mengaturnya, memberikan rizki kepada semua makhluk hidup yang ada tanpa
membedakan antara yang iman kepadaNya dan iingkar kepadaNya, karena mereka
adalah makhlukNya jua. Cara menyembah Allah dan cara mengabdi kepadaNya bisa
berbeda antara satu kaum dengan umat berikutnya, karena mempertimbangkan
situasi dan kondisi pada masing-masing umat.
Semua kitab suci juga
memerintahkan kepada semua umat untuk berbuat baik kepada sesama dan tidak
membuat keonaran dan kerugian. Manusia dituntut untuk menjadi makhluk yang bisa
dicontoh oleh makhluk hidup lainnya, karena mereka telah diangkat oleh Allah
sebagai khalifah di bumi ini. Sebagai khalifah, manusia diperintahkan
untuk menjaga hubungan harmonis dengan alam semesta, dengan tidak merusak
lingkungan dalam berbagai macam bentuknya. Alam semesta ini bukanlah
untuk satu generasi saja, tapi untuk beberapa generasi setelahnya sampai hari
kiamat kelak.
Umat islam perlu berbangga
bahwa kitab suci mereka yaitu Al-Qur’an masih tetap utuh tanpa adanya perobahan
apapun dari segi redaksinya maupun pembacaannya. Al-Qur’an pada masa lalu
sangat berperan dalam menggugah kesadaran manusia untuk berbuat yang terbaik
bagi masyarakat dan kemanusiaan. Umat islam masa lalu telah mendapatkan
kemajuan yang sangat berarti karena mereka betul betul berkhidmah kepada
Al-Qur’an. Dengan demikian maka layaklah jika Al-Qur’an perlu
dibaca, dipelajari isinya, direnungkan, dihayati dan kemudian dimalkan dalam
kehidupan sehari hari. Allah telah menjanjikan mereka yang beriman dan
bertakwa, akan diberikan keberkahan hidup.
Dengan demikian maka
mempelajari Al-Qur’an mutlak menjadi kewajiban umat islam. Untuk mempelajari
Al-Qur’an tidaklah begitu sukar. Alah telah mengatakan :
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ (17)
[القمر : 17]
Artinya : sungguh Kami
betul-betul memudahkan Al-Qur’an untuk diingat, maka ada orang yang mau
mengambil peringatan ?. kemudahan mempelajari Al-Qur’an mencakup mudah
membacanya, menghapalkannya, mengartikannya dan mudah pula
mengamalkannya. Banyaknya anak-anak kecil yang sudah bisa membaca Al-Qur’an,
begitu pula mereka yang menghapalkannya, dan mampu mengartikannya merupakan
bukti bahwa mempelajari Al-Qur’an ini adalah hal yang mudah.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang di maksud dengan metode al-barqy.?
2.
Siapa yang menemukan metode al-barqy.?
3.
Bagaimana langkah-langkah metode al-barqy.?
C.
Tujuan Penulisan
Dapat
mengetahui apa yang di maksud dengan metode al-barqy serta mengetahui penemu
metode al-barqy dan mengetahui langkah-langkah dalam penerapan metode al-barqy
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Al-Barqy
Nama AlBarqy ( البرقىّ )
berasal dari kataالبرقُ yang berarti kilat. Tambahan huruf y
(ى) bertasydid adalah ya’ nisbah yang merobah kata benda ( اسم ) agar bisa berfungsi
sebagai kata sifat (الوصف ). Yang dikehendaki adalah pernyataan majazi, yaitu diharapkan buku ini
bersifat seperti kilat atau cepat laksana kilat. Ada sebuah pepatah (الاسمُ الرجاءُ
والدعاءُ ) nama adalah harapan dan do’a.
Pengarang Al Barqy
adalah KH Muhadjir Sulthon, mantan ketua jurusan Satra Arab Fak Adab IAIN Sunan
Ampel Surabaya, KH Muhadjir Sulthon, dosen Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel
Surabaya, ini memberikan sumbangan yang besar bagi perkembangan metode membaca
Al-Qur’an yang efektif dan efisien. Setelah mempelajari berbagai metode membaca
Al-Qur’an yang berkembang sejak beberapa abad lalu hingga metode paling mutakhir,
Muhadjir akhirnya menemukan metode yang paling efektif.
Metode ALBARQY terasa
lebih dekat dengan bahasa anak-anak. “Saya berusaha menyesuaikan ucapan yang
biasa dilafalkan anak-anak di sini,” ujar anak pertama dari tujuh bersaudara
ini menjelaskan. Yaitu, a-da-ra-ja, ma-ha-ka-ya, ka-ta-wa-na,
sa-ma-la-ba. Jadi, sebisa mungkin diusahakan anak-anak tidak asing
dengan bacaan yang tengah mereka pelajari.
“Metode ALBARQY
merupakan perpaduan antara metode ho-no-co-ro-ko (Jawa) dan metode Arab,” jelas
beliau. Tetapi, agar lebih efektif, metode ho-no-co-ro-ko yang terdiri dari 5
suku kata itu dipadatkan menjadi 4 suku kata saja. Itu, tambah beliau, “Saya
harapkan bisa mempermudah cara belajar yang menggunakan metode ALBARQY."
Dari beberapa prestasi
yang diraihnya, anak pasangan H Sulthon dan Hj Musyarafah ini telah menerima 3
penghargaan. Pertama, dari Menteri Agama, dalam hal tilawatil Qur’an (1992).
Kedua, dari Presiden Soeharto, berupa Satya Lencana Karya Satya (1995). Ketiga,
dari Mitra Karya Bhakti Pertiwi, berupa The Best Award (1996). Dan pada
1994/1995, metode ALBARQY dinyatakan sebagai metode mengajar membaca Al-Qur’an
paling efektif untuk SD.
B.
Biografi
KH Muhadjir Sulthon, dosen Fakultas Adab IAIN
Sunan Ampel Surabaya, ini memberikan sumbangan yang besar bagi perkembangan
metode membaca Al-Qur’an yang efektif dan efisien. Setelah mempelajari berbagai
metode membaca Al-Qur’an yang berkembang sejak beberapa abad lalu hingga metode
paling mutakhir, Muhadjir akhirnya menemukan metode yang paling efektif.
Beliau mempelajari metode Baghdadi, yang
ditemukan sekitar 1.400 tahun lalu di ibu kota Iraq. Metode tersebut digunakan
secara tradisional, juga di Indonesia, bahkan hingga kini. Metode paling
mutakhir adalah metode Iqra’. Meskipun yang terakhir ini dipandang banyak orang
sebagai metode yang sangat efektif, beliau masih terobsesi oleh metode baru
yang jauh lebih efektif lagi.
Tetapi yang lebih kuat mendorongnya mencari
metode baru adalah banyaknya keluhan masyarakat tentang sulitnya belajar
membaca Al-Qur’an. Ayah delapan anak, buah perkawinannya dengan Muawanah pada
1971, ini kemudian mencari akar persoalannya. Menurutnya, ada dua faktor.
Pertama, metode yang dipakai selama ini ternyata tidak efektif. Kedua,
masyarakat agaknya begitu fanatik dengan metode yang ada—yang ternyata tidak
efektif itu—sehingga sulit menerima metode baru. Padahal, pria berjenggot ini
yakin, “Belajar Al-Qur’an itu mudah dan cukup dengan waktu yang relatif
singkat.”
Sejak 1965 beliau mencoba menyusun metode baru,
dan mempraktekkannya kepada murid-muridnya di SD Islam At-Tarbiyah, Surabaya.
Dia juga mempraktekkannya di rumah. Sambil terus menyempurnakan metode yang
tengah dirintisnya ini, usaha beliau agaknya membuahkan hasil. Anak-anak yang
belajar membaca Al-Qur’an dengan metode yang disusunnya relatif cepat mampu
membaca Al-Qur’an dengan baik, lebih cepat dibanding anak-anak yang menggunakan
metode lain.
Sambutan pun mengalir dari berbagai kalangan.
Betapa tidak. Anak-anak mampu membaca Al-Qur’an hanya dalam tempo delapan jam.
Ya, delapan jam. Sementara metode Baghdadi yang digunakan secara tradisional,
baru bisa mengantarkan anak membaca Al-Qur’an dalam tempo berbulan-bulan.
Itulah yang membuat beliau sangat optimistis dengan metode temuannya.
Metode Kilat. Begitu yakin dengan metode baru
itu, Beliau kemudian membukukannya dalam Cara Cepat Mempelajari Bacaan
Al-Qur’an di tahun 1978. Metode itu sendiri diberinya nama ALBARQY. ALBARQY
—dari bahasa Arab — berarti kilat. Tentu nama metode tersebut terasa bombastis
: belajar membaca Al-Qur’an secepat kilat. Namun, ada begitu banyak harapan di
balik nama yang bombastis itu.
Pria yang pernah mengenyam pendidikan di PGA
Malang dan IKIP Surabaya ini juga berpikir agar metode ALBARQY bisa digunakan
baik oleh anak-anak maupun oleh orang dewasa, secara individual atau klasikal.
Khusus untuk anak-anak, beliau melengkapinya dengan teknik bermain. Sebab,
“Dunia anak-anak identik dengan permainan,” ujar pria yang juga dikenal sebagai
da’i itu. “Guru juga dilarang membebani anak dengan pelajaran (membaca
Al-Qur’an).”
Usaha tersebut cukup berhasil. Dalam uji-coba
di TPA Mesjid Baitus Salam, Desa Gurah, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri, 80%
anak (dari 150 santri) bisa membaca Al-Qur’an dalam waktu 6 bulan dari 3 kali
pertemuan setiap seminggu. Pengalaman di TK ABA 45 Surabaya lebih menakjubkan
lagi. Sebagian besar anak di situ bisa membaca Al-Qur’an hanya dalam tempo
kurang dari 6 bulan, dengan masa belajar 3 kali per minggu masing-masing
pertemuan selama 30 menit.
Tak heran kalau metode ALBARQY dinilai sangat
efektif. Penelitian Puslitbang Pendidikan Agama, bekerja sama dengan Direktorat
Pembinaan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum Negeri Ditjen Binbaga Agama
Islam Depag tahun 1992/1993, misalnya, menyimpulkan, metode ALBARQY lebih cepat
dibanding metode yang lain.
Pria kelahiran Lamongan, 1 Februari 1942, ini
benar-benar mengabdikan diri untuk pengembangan pendidikan Al-Qur’an. Di
sela-sela kesibukannya sebagai aktivis DDII (Dewan Dakwah Islam Indonesia) Jawa
Timur dan anggota Dewan Penasihat ICMI Orwil Jawa Timur, Muhadjir masih sempat
mendirikan Yayasan LEPA (Lembaga Pendidikan Al-Qur’an) ALBARQY di tahun 1994.
Dari beberapa prestasi yang diraihnya, anak
pasangan H Sulthon dan Hj Musyarafah ini telah menerima 3 penghargaan. Pertama,
dari Menteri Agama, dalam hal tilawatil Qur’an (1992). Kedua, dari Presiden
Soeharto, berupa Satya Lencana Karya Satya (1995). Ketiga, dari Mitra Karya
Bhakti Pertiwi, berupa The Best Award (1996). Dan pada 1994/ 1995, metode
ALBARQY dinyatakan sebagai metode mengajar membaca Al-Qur’an paling efektif
untuk SD.
Kini, hari-hari beliau terus diisi dengan
berbagai kesibukan untuk mengembangkan metode temuannya. Dia bahkan terobsesi
untuk menebarkannya ke seluruh dunia. Maklum, “Saya menjadikan hidup ini tidak
lepas dari as-sa’adatul mu’allaqatu bil Qur’an (kebahagiaan yang
digantungkan pada Al-Qur’an),” tandas Sarjana Sastra Arab dari Fakultas Adab
IAIN Sunan Ampel ini.
C.
Kelebihan dan kekurangan Al-barqi
Kelebihan metode albarqi :
1)
Menggunakan system 8 jam
2)
Praktis untuk segala umur
3)
Menggunakan metode yang aktual , yakni SAS(Struktur
Analitik Sintetik) yang memudahkan murid dalam belajar al-qur’an .
4)
Cepat dapat membaca huruf sambung
5)
Adanya teknik imlak, menulis khat
6)
Tidak membosankan karena adanya nyanyian
7)
Sangat cepat dipakai secara klasikal
8)
Cocok untuk anak usia dini
9)
Menurut pakar bahasa , dengan menggunakan kata bermakna ,anak lebih mudah
menghafal , dan mudah diingat .
10) Metode yang paling akurat
,dalam mengembangkan baca tulis al-quran
Kelemahan metode albarqi
1)
Anak tidak mengenal huruf hijaiyah dengan
lengkap
2)
Huruf hijaiyah diajarkan pada akhir pembelajaran.
3)
Anak usia dini ,harus mengembangkan metode
dengan permainan-permainan.
D.
Langkah-langkahnya
Langkah
pertama: guru meminta siswa untuk menghafalkan terlebih dahulu beberapa kata
kunci dalam metode Al-Barqy. Kata kunci tersebut merupakan struktur yang
terdiri dari huruf-huruf hijaiyah
Contohnya: ADA RAJA – MAHA KAYA – KATA WANA – SAMA LABA. Guru membacakan
kata-kata kunci tersebut dengan cara menyanyikannnya kemudian diikuti oleh
peserta didik. Sehingga peserta didik merasa belajar Al-Quran sangat
menyenangkan dengan cara bermain, bernyayi sambil belajar.
Langkah kedua:
setelah peserta didik sudah mampu menghafalkan kata-kata kunci tersebut,
kemudian guru menuliskannya di papan tulis.
Contohnya : ا د ر ج م ح ك ي ك ت و ن س م ل ب
Selanjutnya guru meminta siswa untuk membacakan huruf-huruf tersebut, karena
sebelumnya peserta didik sudah menghafalkan kata kunci, maka huruf-huruf
hijaiyyah yang dituliskan guru mampu dibaca peserta didik dengan sangat lancar
sambil menyayikannya.
Langkah ketiga
: guru meminta siswa untuk menuliskan kata-kata kunci tersebut dengan huruf
hijaiyah. Sebagai permulaan guru meminta siswa mengikuti contoh tulisan huruf
tersebut selanjutnya guru meminta siswa menutup buku Al-Barqy dan membuka
lembaran baru yang kosong kemudian guru menyebutkan salah satu huruf dengan
acak dan siswa menuliskannya di lembaran kosong dengan cara guru mendikte dan
siswa menulis sambil menyebutkan huruf yang ditulisnya berulang kali sampai
hafal.
Langkah keempat
: guru meminta siswa satu persatu untuk membaca huruf-huruf tersebut dengan
cara guru menunjukan huruf-huruf tersebut dengan tidak teratur. Contohnya : س ج م ح ك ا ي ك و د ن م ل ب ت ر
Penerapan metode
Al-Barqy secara spesifik dan rinci adalah sebagai berikut:
1). Fase
Analitik A:
a). Guru
mengucapkan kata secara (struktur) yaitu : ا د ر ج (tidak boleh dieja), murid menirukan sampai
hafal. Untuk lebih menarik, murid disuruh memejamkan mata, lalu mengucapkan
kata dan menghafal. (Setelah itu, murid
memiliki pengetahuan tersedia, dan guru tinggal mendorong saja, yang seolah-olah
tanpa mengajar lagi)
b). Murid disuruh
mengucapkan kata yang telah hafal tadi
dan melihat papan tulis yang tersedia tulisan kemudian menempelkannya deengan
benar. (lebih baik membawa tulisan pada karton yang tinggal menempelkan pada
papan tulis .)
c). Ketika anak
mengucapkan kata (a-da-ra-ja), maka guru
menunjuk pada suku-suku kata dari kata tersebut yang telah terpampang di papan tulis.
d). Guru
menyebutkannya secara berulang-ulang, kadang-kadang cepat dan kadang-kadang
lambat.
2). Fase Analitik B:
a). Kata
lembaga dibagi dua, yaitu a-da dan ra-ja
b). Guru
menunjuk dua suku kata saja, yaitu a-da. Begitu berulang-ulang dan dibolak-balik,
yaitu a-da, da-a, dan seterusnya. Begitu pula dua suku yang lain, yaitu ra-ja,
ja-ra, dst.
c). Kata
lembaga dibagi dalam tiap-tiap suku kata, yaitu : a, da, ra, dan ja
d). Lajur D
untuk mematangkan anak, pada bunyi tiap-tiap huruf, yaitu a-a-a, da-da-da,
ra-ra-ra, ja-ja-ja.
e). Guru
mengadakan evaluasi, yaitu dengan menunjuk huruf tertentu dan anak
mengucapkannya.
f). Membaca
huruf-huruf yang disambung dan dibolak-balik (lihat lajur E)
3). Fase Sintetik
Yaitu satu huruf (suku) digabung dengan suku
yang lain, sehingga berupa suatu bacaan.
Keterangan : Begitulah kata lembaga yang lain
diperlukan.
a). Jumlah kata
lembaga hanya 4 (empat), yaitu :
A-DA-RA-JA
MA-HA-KA-YA
KA-TA-WA-NA
SA-MA-LA-BA
b). Tiap dua
kata lembaga diajarkan (dimana dua kata lembaga itu merupakan rangkaian kalimat
untuk memudahkan menghafalkan), maka dibuat sintesa berupa bacaan
diambil dari
dua kata lembaga, yaitu
A-DA –RA-JA MA-HA-KA-YA
diambil dari dua kata lembaga, yaitu
KA-TA-WA-NA SA-MA-LA-BA
4). Fase Penulisan
a). Murid
menebali tulisan yang samar-samar, seperti ا د ر ج dengan
pensil
b). Guru
menunjukkan jalan pena menurut arah panah, jangan sampai terbalik.
c). Setelah
dianggap baik, anak menulis dikertas lain
d). Pada lajur
J dikenalkan beberapa variasi bentuk huruf.
ححح – ممم – ععع
5). Fase Pengenalan Bunyi a – i – u (fathah, kasroh, dhommah)
dalam mengenalkan bunyi dan tanda-tanda
tersebut melalui tiga tahap, yaitu :
Tahap Pertama :
adaraja – mahakaya – katawana – samalaba
idiriji – mihikiyi – kitiwini – similibi
uduruju – muhukuyu – kutuwunu – sumulubu
Tahap Kedua :
adaraja – idiriji – uduruju
Tahap Ketiga :
a – i – u ; da – di – du; ja – ji – ju dan seterusnya.
6). Fase Pemindahan
Di SDIT Taruna
Al-Quran Untuk memudahkan pengenalan bunyi Arab yang sulit, maka didekatkan
dengan bunyi-bunyi bahasa Indonesia yang berdekatan. Yaitu ditulis diatas bunyi
huruf bahasa Indonesia, misal د , maka dibawahnya ditulis ذ, dan diatas ditulis س dibawahnya ditulis ش dengan
anak panah menurun .
7). Fase Pengenalan Tanwin
dalam
mengenalkan huruf-huruf Tanwin guru menggunakan istilah akhiran N untuk
mempermudah siswa memahami. Harakat ganda berbunyi n atau menggunakan istilah
akhiran N (tanwin). Perlu diingatkan, bahwa tanwin itu hanya ada pada suku
terakhir dari kata. Jadi tak ada yang diawali atau ditengah
8). Fase Pengenalan Mad (bacaan panjang)
Di SDIT Taruna Al-Qur’an Pada pengenalan Mad
didahulukan sebelum sukun. Ia harus dimatangkan terlebih dahulu sebelum sukun
dan syaddah. Untuk sementara agar memudahkan anak, diatas bacaan panjang diberi
tanda (**) dan tanda pendek diberi tanda (*).
Dalam latihan atau pekerjaan rumah, anak disuruh memberi tanda bacaan tersebut
pada kalimat atau ayat. Jika benar, berarti anak sudah mengerti, mana yang
harus dibaca panjang dan mana yang harus dibaca pendek .
9). Fase Pengenalan Sukun
Dalam
mengenalkan sukun guru memberikan contoh dengan cara melaui logika titian unta.
Cara
mengenalkan sukun dengan membuat titian unta, yaitu :
SA-BA berubah menjadi SA+B=SAB
dibuat latihan
membaca untuk mefasihkan tiap huruf (drill). Dapat dilagukan seperti membaca Al
Quran
10). Fase Pengenalan Syaddah
Dalam mengenalkan syaddah guru memberikan
contoh. Untuk mempermudah siswa dibuat titian unta seperti pada sukun
Contohnya : MA+S+SA=MASSA
11). Fase Pengenalan Nama Huruf
Nama-nama huruf
dikenalkan. Cara mengenalkan atau membaca nama huruf harus dengan al. Jadi
al-ba’ bukan hanya ba’, al-jim. Hal ini untuk segera dapat membedakan mana yang
Qomariyyah dan mana yang Syamsiyyah
12). Fase Pengenalan Qashidah Huruf Hijaiyyah
Dalam
mengenalkan Qashidah huruf-huruf hijaiyah. guru memberikan contoh. Kemudian
siswa mengikutinya. Dibaca dengan lagu
hingga anak mudah menghafal.
13). Fase Pengenalan Huruf yang tidak dibaca atau dilewati.
dalam
mengenalkan tidak dibaca guru memberikan contoh. Kemudian siswa mengikutinya. Huruf
yang tidak mendapat tanda aksi (harakat) tidak dibaca.
Biasanya : ا – ل – و – ي
14). Fase Pengenalan Bacaan yang Musykil.
dalam mengenalkan bacaan yang musykil guru
memberikan contoh bacaan yang musykil. Kemudian siswa mengikutinya.
15). Fase Pengenalan Huruf-huruf Putus , dalam mengenalkan huruf-huruf putus
guru memberikan contoh tulisan cara memutus huruf. Kemudian siswa mengikutinya.
16). Fase Pengenalan Waqaf , dalam mengenalkan
tanda-tanda wakof guru memberikan menuliskan dan memberikan contoh .
17). Fase Pengenalan Tajwid Sederhana guru menggunakan simbol-simbol tajwid
dengan praktis.
18). Fase Pengenalan Menyambung, dalam
mengenalkan huruf sambung guru memberikan contoh tulisan cara menyambung huruf,
hanya diperlukan menghafal 5 kunci menulis .
19). Fase Pengenalan Bentuk Tulisan Hamzah
BAB III
KESIMPULAN
Nama AlBarqy ( البرقىّ )
berasal dari kataالبرقُ yang berarti kilat. Tambahan huruf y
(ى) bertasydid adalah ya’ nisbah yang merobah kata benda ( اسم ) agar bisa berfungsi
sebagai kata sifat (الوصف ). Yang dikehendaki adalah pernyataan majazi, yaitu diharapkan buku ini
bersifat seperti kilat atau cepat laksana kilat. Ada sebuah pemeo (الاسمُ الرجاءُ
والدعاءُ ) nama adalah harapan dan do’a.
Langkah-langkahnya
a.
guru meminta siswa untuk menghafalkan terlebih
dahulu beberapa kata kunci dalam metode Al-Barqy.
b.
setelah peserta didik sudah mampu menghafalkan
kata-kata kunci tersebut, kemudian guru menuliskannya di papan tulis.
c.
guru meminta siswa untuk menuliskan kata-kata
kunci tersebut dengan huruf hijaiyah
d.
guru meminta siswa satu persatu untuk membaca
huruf-huruf tersebut dengan cara guru menunjukan huruf-huruf tersebut dengan
tidak teratur.
DAFTAR PUSTAKA
Sukandi,
Ujang.. Belajar Aktif dan Terpadu. Surabaya: Duta Graha Pustska. 2003
Sulthon,muhadjir
. buku belajar al barqy 8 jam:mudah
gembira dan anti lupa tanpa menghafal huruf hijaiyah.. Surabaya: CV
Penasuci. 1999
______________ . Seluk beluk al barqy
. tidak di terbitkan. 1999
______________ . Aku Cepat Membaca.
Surabaya: CV. Pena Suci. 1998